SUARA INDONESIA BONDOWOSO

Tak Hanya Orang Mati, Banyak Petani Bondowoso Tak Pernah Beli Pupuk Subsidi, Tapi Namanya Dicatut

Bahrullah - 25 January 2022 | 12:01 - Dibaca 559 kali
Peristiwa Daerah Tak Hanya Orang Mati, Banyak Petani Bondowoso Tak Pernah Beli Pupuk Subsidi, Tapi Namanya Dicatut
Peti saat memupuk padi di sawah (Foto Istimewa)

BONDOWOSO – Dugaan penyelewengan pupuk subsidi di Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso semakin terlihat jelas. Sebab, banyak petani yang tidak pernah membeli pupuk pada tahun 2021. Namun namanya dicatat sebagai pembeli.

Berdasarkan data rekapitulasi penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2021, tercatat banyak nama petani yang tidak pernah membeli pupuk selama tahun 2021.

Namun, nama-nama mereka dimasukkan sebagai pembeli pupuk subsidi. Mulai dari pupuk subsidi jenis urea hingga phonska.

Misal, nama dengan inisial N tercatat sebagai pembeli pupuk urea sebanyak setengah kwintal, pupuk ZA sebanyak satu kwintal lebih pada bulan Juni 2021. Namun setelah dikroscek oleh media ini, ternyata mereka tidak pernah membeli.

“Saya tak pernah beli kalau tahun 2021,” kata N saat dikonfirmasi pada Selasa 25 Januari 2022. Alasannya, karena pupuk selalu mahal dan langka.

Bahkan ketika pupuk subsidi tersedia, dia tak punya uang untuk membelinya karena harga mahal.

Petani yang lain juga memiliki pengalaman yang sama. Salah satunya adalah inisial I, warga Desa Sumberdumpyong Kecamatan pakem lainnya. Dia tak pernah beli pupuk subsidi selama 2021, namun namanya dicatut sebagai pembeli.

Dia tercatat membeli Urea 40 kilogram dan ZA sebanyak 40 kilogram pada Juni 2021. “Saya tak pernah beli pupuk tahun 2021 lalu sampai sekarang tidak pernah,” tutur dia.

Dia mengaku dirinya memang terdaftar di E RDKK. Namun tidak pernah beli karena pupuk sering langka dan mahal. Selain itu, lokasi kios pupuk di desanya juga karena jauh dengan jalan yang menanjak.

“Di desa saya memang tidak ada kios pupuk, adanya di Desa Pakem yang cukup jauh,” tambah dia.

Akhirnya terpaksa menanam tanaman yang tidak perlu dipupuk dengan pupuk subsidi itu.

“Saya ga tau kalau ternyata dicatat pernah beli,”ucap dia. Dia pun bertanya, bila dirinya tak pernah membeli, lalu dikemanakan jatah pupuk tersebut.

Selain iTu, petani asal Desa Sumberdumpyong lainnya dengan inisial S juga mengalami hal yang sama. Dia tercatat pernah membeli pupuk subsidi pada Desember 2021. Yakni sebanyak 1 kwintal pupuk ZA dan NPK 2,5 kwintal.

“Sejak 2021 sampai 2022 ini saya tak pernah beli pupuk,” ungkap dia.

Bahkan, para petani yang tak pernah membeli pupuk subsidi pada tahun 2021 itu cukup banyak. Media ini mengkroscek para warga yang namanya tercantum, namun mengaku tak pernah membeli.

Sebelumnya diberitakan petani di Kecamatan Pakem Bondowoso menjerit. Sebab harga pupuk bisa diatas Harga Eceran Tertinggi (HET). Bahkan, harga bisa dua kali lipat dari HET. Biasanya per kwintal dijual dengan harga Rp 225.000.

Namun faktanya, pupuk subsidi dijual dengan harga di atas HET. Harga yang dijual bisa mencapai Rp 300.000 hingga Rp 400.000. 

“Ada yang beli Rp 160.000 setengah kwintal, ada juga yang katanya beli sampai Rp 200.000,” ucap Imam Mahmudi, petani asal Kecamatan Pakem. padahal, HET setengah kwintal itu hanya Rp 112.500.

Keluhan itu juga disampaikan oleh Satibiyanto yang tidak pernah mendapatkan pupuk subsidi. Dia selalu merasa kesulitan mendapatkan pupuk karena langka. Akibatnya, tanaman miliknya terancam gagal panen. 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya