SUARA INDONESIA BONDOWOSO

Ada Mantan Duta Besar Lima Negara di Bondowoso, Ini Kisah Singkatnya

Bahrullah - 02 April 2022 | 14:04 - Dibaca 4.32k kali
Features Ada Mantan Duta Besar Lima Negara di Bondowoso, Ini Kisah Singkatnya
Haji Soedjarwo Gamal Abdoel Karim (Foto Istimewa)

BONDOWOSO -Tak banyak yang tahu, jika di kota Ki Ronggo ini ada mantan duta besar Indonesia yang pernah ditugaskan di 5 Negara. Iya, dia adalah Haji Soedjarwo Gamal Abdoel Karim namanya.

Soedjarwo Gamal Abdoel Karim, seorang mantan pejabat duta besar Negara asli kelahiran Kabupaten Bondowoso, pada tanggal 15 Juni 1945.

Laki-laki paruh baya ini merupakan sosok yang bersahaja, dikenal orang disekitarnya ramah dan baik hati.

Pak Soedjarwo sapaan akrabnya, mengaku pernah bersekolah di SD Mandiri Putra Dabasah 1, SMP 2, SMA Botol Kosong yang saat ini menjadi SMA II Bondowoso. Ia menyelesaikan studinya di SMA II Tahun 1965, keadaan Indonesia pada kala itu sedang kisruh soal Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pasca lulus SMA, Soedjarwo muda melanjutkan kuliahnya di perguruan tinggi, di wilayah Tawang Alun Jember yang pada waktu itu perguruan tingginya berafiliasi dengan Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang, kemudian kampus tersebut akhirnya berdiri sendiri di Malang Tahun 1979.

" Selain kuliah di daerah Tawang Alun Jember, Saya juga kuliah di perguruan tinggi Universitas Jember (Unej) Fakultas Sosial Politik, Jurusan Hubungan Internasional dan Fakultas Bahasa, jurusan Sastra Barat Inggris," kata Soedjarwo.

Jika datang bertamu ke kediaman rumah Soedjarwo di Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Bondowoso, maka tamu akan menemui berbagai barang koleksi pribadinya yang sangat indah dan bernilai ekonomis tinggi.

Di rumah Soedjarwo Gamal Abdoel Karim sangat indah penuh estetika, baik bentuk arsitektur banangunan rumahnya yang megah.

Di depan rumah Soedjarwo, mata pengunjung sudah dimanjakan dengan pemandangan pot berisi bunga berwarna merah, di depan rumahnya juga terdapat ukiran patung dari beton, pot bunga berisi tanaman bonsai pohon apel merah.

Tak hanya cukup sampai disitu saja, saat tamu mulai masuk ke dalam ruangan tamu rumahnya, di sana juga terlihat ukiran patung yang terbuat dari beton menempel di tembok rumahnya.

Lukisan-lukisan kuno bernilai pun juga menjadi lelengkap estetika pemandangan di ruang tamu. Lukisan bernilai  tinggi itu juga dipajang di dinding ruang tamunya, berbagai macam guci bernilai ekonomis juga turut dipajang.

Di ruang tamu itu juga terdapat lemari kayu penuh ukiran yang sudah terisi penuh miniatur mobil-mobil kuno berbagai jenis bentuk berasal dari berbagai Negara.

Lemari itu beserta isinya kata Soedjarwo, pernah ditawar Rp.2 Miliar oleh seorang tamu dari Surabaya.

Mantan Dubes itu juga menunjukan lukisan kuno dari Negara Mesir, yang menggambarkan suasana pasar pada zaman kuno, lukisan itu pun juga sudah ditawar Rp.636 juta oleh tamunya.

Foto-foto yang berisi gambar Soedjarwo Gamal Abdoel Karim bersama pimpinan tinggi berbagai Negara juga dipajang di dinding ruang tamunya.

Dia juga menunjukan foto bersama Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, saat melakukan kunjungan ke Negara Sudan. Tak hanya foto saat bersama Gus Dur, ia juga menunjukan foto-foto bersama para pemimpin di luar negeri yang menjadi tempat tugasnya.

Istrinya juga tak lupa menunjukan saat berfoto dengan para istri Dubes dari berbagai Negara.

Kebetulan Rum Hanifah istri Soedjarwo Gamal Abdoel Karim juga asli kelahiran Bondowoso.

Walaupun pernah tinggal di beberapa negara selama bertahun-tahun selama menjabat menjadi duta besar, tetapi Soedjarwo bangga dan kagum dengan kota kelahirannya Bondowoso.

Dia mengaku lahir dan besar di Bondowoso, namun merantau pada Tahun 1974 untuk melaksanakan tugas kenegaraan, sehingga pensiun pada Tahun 2005 dan kembali lagi ke tanah kelahiran Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

"Saya lahir dan besar di sini. Cuman Saya pada Tahun 1974 itu merantau sampai Tahun 2005, karena mengabdikan diri pada Negara menjadi Dubes Luar Negeri, yang bertugas di beberapa Negara. Di antaranya di Negara Cekoslowakia, Korea Utara (korut), Kamboja, Swiss dan Negara Sudan," ujarnya.

Sudah sejak kecil Soedjarwo berjanji pada orang tuanya untuk tetap akan tinggal dan kembali ke Bondowoso meski kerjanya di luar kota dan di luar Negeri.

“ Terkadang orang Bondowoso jika bekerja di luar kota tidak kembali lagi ke kota ini kalau sudah sekses. Yatapi kalau saya lebih baik pulang kembali ke Bondowoso saja, lebih nyaman. Saya punya janji pada orang tuaku dulu pada saat berangkat kerja dulu. Saya berpamitan akan pergi sebentar dan kembali lagi ke Bondowoso," kata Soedjarwo.

Dia mengaku selama 32 tahun berada di Jakarta, dan akhirnya kembali lagi ke Bondowoso, yang juga kebetulan istrinya memang asli orang Bondowoso.

Dia mengaku, pada saat itu banyak melihat kemajuan-kemajuan di Negara-negara tempat tugasnya, sementara di Indonesia sendiri masih terus bergulat dengan pembangunan.

Dikatakannya, baru setelah dipimpin oleh beberapa kepala negara atau Presiden, Republik Indonesia ini dari periode ke periode sudah ada kemajuan, dan hasilnya pembangunan semakin berkembang, hingga mengalami kemajuan pesat, khususnya juga termasuk di Bondowoso.

" Saya amati semakin berkembang pembangunan saat ini," ujarnya.

Tak lupa, Soedjarwo juga berpesan pada anak muda, agar supaya menuntut ilmu yang benar.

Dia mengingatkan, jangan sampai terpengaruh dengan ajaran-ajaran ideologi yang berasal dari luar negeri, sebab dapat merusak tatanan pemerintah.

" Anak-anak kita harus dari sejak kecil kita bina sampai besar tentang ideologi kebangsaan. Kalau sudah sekolah jangan sampai salah jurusan," katanya.

Menurutnya, saat ini perlu berhati-hati dengan ajaran yang menyimpang, sebab saat ini jamanya ajaran radikalisme dan terorisme.

" Tuntut lah ilmu setinggi langit, gapai lah cita-citamu, jangan pernah berputus asa," pesan mutiara pada pemuda Bondowoso dari Soedjarwo Gamal Abdoel Karim saat media bertandang ke rumahnya.***

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya