SUARA INDONESIA BONDOWOSO

Nostalgia Humas RSAM Bukittinggi Disaat Pandemi Covid-19

Rudi Yuni - 31 October 2020 | 22:10 - Dibaca 242 kali
Peristiwa Daerah Nostalgia Humas RSAM Bukittinggi Disaat Pandemi Covid-19
Humas RSMA Bukittinggi (foto Istimewal


BUKITTINGGI- Badai pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid -19) menjadi problema di berbagai belahan dunia yang terjadi semenjak akhir tahun lalu.

Mulai pertengahan bulan Maret 2020 RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi yang dikenal dengan RSAM sudah menerima pasien Suspect/PDP, pasien pertama ruang perawatan isolasi covid19 RSAM itu yg berinisial HR 39 th yang tinggal di Luak Anyia Bukittinggi, beliau menurut diagnosa dokter ada gejala Covid, apakah itu panas tinggi lalu batuk, dari hasil laboratorium dan rogentnya yang menunjukkan ada gejala covid19 apalagi saat itu punya riwayat perjalanan dari luar negeri .

Tapi saat itu hasil swab butuh waktu , saat itu untuk pemeriksaan swab pasien itu baru ada di laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta. Belum ada lagi laboratorium Fakultas Unand apalagi laboratorium Vertiner yang di Baso.

Ternyata memang hasil swab HR keluar dengan hasilnya positif, kemudian dirawat lah dia di ruang isolasi covid19 RSAM lalu disusul adanya pasien pasien Suspek/PDP lain seperti istri beliau dan pasien pasien lainnya, seperti pasien Sumatera Barat yang Pertama kali sembuh, ITD 42 th yang berasal dari Batusangkar, itulah awal perjalanan ruang isolasi RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi menerima pasien Suspect/PDP atau pasien positif di RSAM.

Lalu dengan berjalannya waktu, banyak dinamika mengurus pasien pasien daripada covid19 ini, misalnya di awal baru Suspect atau PDP kemudian pasien ini meninggal sementara hasil swabnya belum keluar, tentu akan ada juga problemnya seperti memberikan pemahaman ke keluarga pasien ini.

Awalnya keluarga menyetujui untuk penyelenggaraan jenazah secara protokol covid19, pasien meninggal ini pada kenyataannya banyak yang menolak /menentang.

Pada Saat diwawancarai, Mursalman Ch, SH MM yang akrab disapa pak Cha tersebut mengatakan, banyak kasus kasus itu, terkadang kita sebagai Humas diminta ikut turun tangan membantu Nakes dalam memberikan pengertian dan pemahaman tentang dampak resiko jika penyelenggaraan jenazah nya tidak dilakukan secara protokol covid19.

"Kalau sekiranya tidak kita laksanakan secara protokol covid19, tentu akan ada resiko bagi keluarga yang meninggal, lalu petugas dan juga masyarakat yang menolong karena tujuan utamanya untuk mengantisipasi resiko," terangnya ASN yang diangkat tahun 1990 ini.

Kemudian dasar kita melaksanakan penyelenggara jenazah secara protokol Covid mengacu kepada, UU No. 4 tahun 1984, UU No. 6 tahun 2018, SE, Dirjen P2P Kemenkes No. 483 kemudian instruksi Gubernur Sumatera Barat no. 35 terkait penyelenggaraan pasien ( Jenazah) yang kita selenggarakan secara protokol Covid -19.

"Senangnya Humas ini tentu bisa dipahami juga, kita dikenal orang atau masyarakat banyak, seperti media salah satunya, tentu mencari informasi ke RS rujukan covid19 ini melalui Direktur atau Humasnya," ulas Bapak yang punya tiga orang anak ini.

Ketika pandemi ini tentu masyarakat banyak terpusat perhatiannya ke rumah sakit rujukan covid19, kemudian bagaimana cara masyarakat mendapatkan informasi tentu lewat tangan tangan media, teman teman media datang kerumah sakit RSAM menghubungi Direktur atau Humasnya.

Mursalman Ch, bersyukur sebagai Humas terjadinya pandemi ini ada juga hal positifnya secara pribadi yang dirasakan, katakanlah bisa kita dikenal oleh masyarakat walaupun ini dampak dari pelaksanaan tugas kita, kita tidak ingin dikenal tapi situasi dan kondisi yang membikin kita dikenal karena jadi narasumber berita yang beritakan oleh orang lain, katakanlah teman teman media.

" Kami mengajak kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes) karena itu sangat penting untuk memutus mata rantai penyebaran Covid -19," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Rudi Yuni
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya